Menu

Kamis, 03 Maret 2011

Glosarium Eksplorasi Mineral dan Batubara

Standar Nasional Indonesia
SNI 7568:2010

Glosarium eksplorasi mineral dan batubara

Daftar isi
Daftar isi..............................................................................................i
Prakata ...............................................................................................ii
Pendahuluan.................................................................................... iii
1 Ruang lingkup............................................................................... 1
2 Glosarium ...................................................................................... 1
Bibliografi.......................................................................................... 29

Prakata
Standar Nasional Indonesia (SNI) 7568:2010, Glosarium eksplorasi mineral dan  batubara disusun oleh Panitia Teknik 01-04 Standar Istilah Teknik Pertambangan Umum Standar ini telah disepakati oleh pihak berkepentingan (stakeholders) yang terkait, yaitu perusahaan tambang, perguruan tinggi/lembaga penelitian dan instansi teknis pada forum konsensus nasional yang dilaksanakan di Bandung pada tanggal 12 – 13 Maret 2009.

Glosarium Eksplorasi Mineral dan Batubara ini memuat pengertian atau penjelasan berbagai istilah yang berkaitan dengan eksplorasi dari pertambangan mineral dan batubara, sebagai rujukan bagi yang ingin berkomunikasi serta berkepentingan dengan bidang pertambangan.

Penyusunan Standar Glosarium Eksplorasi Mineral dan Batubara ini mengacu kepada Pedoman Penulisan Standar Nasional Indonesia yang diterbitkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN).

Diharapkan Glosarium Eksplorasi Mineral dan Batubara ini dapat digunakan bagi pelaksana kegiatan bidang pengelolaan sumber daya mineral dan batubara.

Pendahuluan
Kemajuan yang cukup pesat di bidang pertambangan memberikan pengaruh yang signifikan pada penyampaian informasi. Pengaruh ini dirasakan oleh pelaku usaha pertambangan pada khususnya dan masyarakat tambang pada dapat. Untuk itulah perlu disusun standar istilah yang tepat dan sesuai, sehingga terdapat penafsiran yang sama terhadap istilah yang  timbul.

Sebagaimana diketahui, istilah-istilah di bidang pertambangan lebih banyak berasal
dari istilah asing, sehingga perlu diadopsi atau dipadankan ke dalam bahasa  Indonesia.

Glosarium Eksplorasi Mineral dan Batubara ini disusun oleh pakar dari berbagai disiplin ilmu seperti teknik eksplorasi, penambangan, lingkungan, kesehatan, keselamatan kerja dan bahasa agar standar ini mempunyai bobot yang memadai. Sebagaimana penyusunan kamus, glosarium ini pun disusun secara alfabetis dan dilengkapi dengan istilah sumber dalam bahasa Inggris yang dicetak miring.

Glosarium ini diharapkan dapat memberikan pengertian yang lengkap, jelas, tepat,
berkesinambungan, serta dalam pengungkapannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada. Selain itu, glosarium ini bersifat lugas atau tidak menimbulkan penafsiran lain dan mudah dipahami oleh pihak-pihak yang menggunakannya.

Glosarium eksplorasi mineral dan batubara

1 Ruang lingkup
Standar ini merupakan glosarium eksplorasi mineral dan batubara yang  ipergunakan dalam ingkungan pertambangan. Jika terdapat dua atau lebih alternatif istilah dan definisi yang biasa dipakai, maka istilah dan definisi tersebut seluruhnya dicantumkan dalam standar ini.

2 Glosarium
2.1
bahan galian kadar marginal – marginal grade mineral
bahan galian yang mempunyai kadar di sekitar COG (Cut Off Grade), sehingga dapat merupakan cadangan atau sumber daya, tergantung pada kondisi teknologi, nilai dan harga saat itu

2.2
bahan galian kadar rendah – low grade mineral
bahan galian sumber daya yang telah diketahui dimensi dan kualitasnya dengan  keyakinan geologi tertentu, namun kualitas tersebut masih di bawah COG (Cut off Grade)

2.3
cadangan – reserve
endapan bahan galian yang telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran, kualitas dan kuantitasnya dan secara ekonomis, teknis, hukum, lingkungan dan sosial dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan

2.4
cadangan tersisa – remaining reserve
cadangan bahan galian yang tertinggal pada saat penambangan diakhiri

2.5
cebakan primer – primary deposit
bahan galian yang terbentuk oleh proses aktivitas magma; bahan galian yang terbentuk oleh proses awal tanpa proses sekunder seperti pelapukan, erosi, transportasi, pengendapan,penguapan

2.6
cebakan sekunder – secondary deposit
bahan galian yang terbentuk akibat proses pelapukan, erosi, transportasi, pengendapan, penguapan

2.7
cebakan residual, endapan residual – residual deposit
material yang tertinggal atau tersisa dari bagaian-bagian batuan akibat proses pelapukan kimia, biasanya pelarutan atau pelindian, misal endapan laterit, bauksit, kaolin

2.8
ceruk – druse, sump
rongga memanjang atau urat mineral dalam batuan yang dindingnya berlapis kristal yang tumbuh sempurna ke arah dalam

2.9
cuplikan - specimen
pecahan bijih atau mineral ikutan yang dipilih untuk menunjukkan penampakan khas mineral, tekstur, struktur atau hubungan geologis lainnya

2.10
eksplorasi - exploration
kegiatan lanjutan dari prospeksi dengan tujuan untuk menentukan sumber daya/cadangan, kadar, sifat fisika, sifat kimiawi, letak dan bentuk endapan bahan galian

2.11
eksplorasi pendahuluan - preliminary exploration
penyelidikan tahap awal terhadap suatu endapan bahan galian dengan tujuan untuk
mentukan program eksplorasi selanjutnya, kegiatan ini mencakup antara lain, pemetaan geologi dengan skala minimal 1:10.000, pemetaan topografi, pemboran dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologinya, penampangan (logging) geofisika, pembuatan sumuran/paritan uji, dan pemercontohan, pengkajian awal geoteknik dan geohidrologi

2.12
eksplorasi biogeokimiawi – biogeochemical exploration
salah satu cara ekplorasi geokimiawi dengan analisis susunan kimiawi jaringan tumbuh– tumbuhan untuk mendeteksi konsentrasi biologi unsur–unsur yang dapat memberikan petunjuk mineralisasi di tempat tumbuhan tersebut

2.13
eksplorasi geofisika – geophysical exploration
eksplorasi untuk mengetahui struktur geologi dan cebakan bahan galian dengan
menggunakan metoda fisika kuantitatif antara lain metode, seismik refleksi, refraksi, gaya berat, magnet, listrik dan radiasi

2.14
eksplorasi geokimiawi – geochemical exploration
eksplorasi bahan galian dengan menerapkan prinsip-prinsip dan prosedur kimiawi terhadap batuan, fluida dan zat organik yang dikandung bahan galian tersebut

2.15
perolehan penambangan – mining recovery
angka yang menunjukkan perbandingan antara hasil sebenarnya yang diperoleh dari
penambangan dan jumlah cadangan yang dihitung pada tahap eksplorasi

2.16
eksplorasi rinci – detailed exploration
penyelidikan tahap lanjut untuk mengetahui kuantitas, kualitas dan model tiga dimensi bahan galian secara lebih rinci, kegiatan ini mencakup antara lain pemetaan geologi dan topografi dengan skala minimal 1:2.000, pemboran dan pemercontohan yang dilakukan dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologi, penampangan (logging) geofisika, serta pengkajian geohidrologi, geoteknik, pengkajian lingkungan untuk rencana kegiatan penambangan


2.17
formasi - formation
unit batuan terkecil dalam klasifikasi stratigrafi yang dicirikan oleh adanya persamaan
litologis yang umumnya diberi nama menurut nama daerah pertama kali unit tersebut
ditemukan
2.18
formasi pembawa batubara – coal bearing formation, coal bearing strata, coal
measures
formasi batuan yang mengandung lapisan batubara
2.19
geoda – geode
rongga dalam batuan yang berbentuk agak membulat yang dibagian dalamnya dilapisi
dengan kristal silika kecil yang mencuat ke arah pusat rongga
2.20
geofon – geophone
peranti eksplorasi geofisika metode seismik yang berfungsi untuk menerima gelombang
seismik
2.21
geologi bahan galian – geology of mineral deposit
telaahan geologi bahan galian, mulai dari mulajadi, keterdapatan, sampai penyebarannya
2.22
geologi kuarter – quatenary geology
cabang geologi yang mempelajari proses–proses yang terjadi pada batuan berumur kuarter
(0 – 2 juta tahun yang lalu)
2.23
geologi struktur – structural geology
cabang geologi yang mempelajari bentuk dan susunan batuan berskala mikro (kekar, cermin
sesar) maupun makro (perlipatan, lipatan, patahan)
2.24
gravimeter – gravimeter
peranti eksplorasi geofisika metode gaya berat dilengkapi dengan bandul bermassa tetap
yang sangat peka terhadap perubahan gaya berat
2.25
hidrofon – hydrophone
jenis transduser pendeteksi akustik yang digunakan dalam penyelidikan seismik pada
kegiatan eksplorasi geofisika di danau, laut, dan lubang bor yang terisi fluida
2.26
isogal – isogal
garis pada peta yang menghubungkan titik–titik yang mempunyai gaya berat yang sama
2.27
isokal – isocal
garis pada peta yang menghubungkan titik–titik yang mempunyai kalori batubara yang sama

2.28
isopak – isopach
garis pada peta yang menghubungkan titik–titik yang mempunyai lapisan batuan atau endapan bijih yang memiliki ketebalan yang sama

2.29
isovol – isovol
garis pada peta yang menghubungakn titik–titik yang mempunyai nilai zat terbang
batubarayang sama

2.30
jalur buta – blind zone
lapisan batuan yang tidak terdeteksi pada eksplorasi metode seismik refraksi yang
disebabkan oleh lapisan yang mempunyai kecepatan seismik lebih rendah daripada lapisandi atasnya

2.31
jaringan urat – stockwork
sekelompok urat mineralisasi kecil yang saling terjalin di dalam massa batuan

2.32
jurus – strike
garis perpotongan antara bidang perlapisan dan bidang horizontal yang dinyatakan dalam arah azimut dan tegak lurus terhadap arah kemiringan

2.33
kadar – grade
kualitas kandungan unsur atau senyawa dalam suatu bahan galian, hasil pengolahan atau pemurnian

2.34
kadar batas – cut off grade (COG)
kadar terendah atau kadar rata–rata terendah campuran bahan galian atau mineral yang terendah, tetapi masih memberikan keuntungan apabila ditambang dan diolah dengan tingkat teknologi dan pada keadaan ekonomi tertentu

2.35
kemiringan – dip
sudut yang dibentuk antara bidang perlapisan batuan dengan bidang horizontal, dinyatakan dalam derajat

2.36
konservasi bahan galian – mineral conservation
upaya pengelolaan bahan galian untuk mendapatkan manfaat yang optimal dan berkelanjutan bagi kepentingan berkelanjutan makhluk hidup

2.37
karbonifikasi –carbonification
perubahan gambut menjadi batu bara karena pengaruh kenaikan suhu dan tekanan
sepanjang waktu geologi

2.38
kekar – joint
rekahan pada batuan yang tidak mengalami gerak relatif antara kedua bagian yang
terpisahkan

2.39
kekelok – meander
bentuk sungai yang berkelok–kelok terjadi akibat pengikisan dan pengendapan pada
masing–masing sisi sungai

2.40
keli – kelly
pipa berukuran lebih kecil daripada batang bor yang selalu terletak di rangkaian atas batang bor putar yang diikat pada pengeboran putar dan dijepit pada spindel

2.41
kemas – fabric
corak geometris atau sifat suatu agregat, termasuk tekstur dan struktur, misalnya orientasi butiran individu, kekar, belahan

2.42
kemiringan semu – apparent dip
sudut yang dibentuk oleh lapisan batuan dengan bidang horizontal yang tidak tegak lurus terhadap jurus lapisan

2.38
kemiringan sesar – fault dip
sudut yang dibentuk antara bidang sesar dengan bidang horizontal

2.39
keseimbangan hidrologi – hydrological balance
kuantitas air yang masuk, tersimpan dan keluar di dalam suatu cekungan atau tandon dalam keadaan seimbang; hal ini berlaku baik di atas maupun di bawah permukaan tanah

2.40
ketidakselarasan, tidak selaras – disconformity, unconformity
terputusnya urutan pelapisan batuan yang disebabkan oleh tidak adanya pengendapan atau karena erosi


2.41
ketidakselarasan menyudut – angular unconformity
ketidakselarasan yang memperlihatkan lapisan batuan yang lebih tua membentuk sudut terhadap lapisan yang lebih muda

2.42
kipas aluvial – alluvial fan
endapan aluvial sungai yang berbentuk seperti kipas

2.43
klasifikasi CIPW – CIPW classification
klasifikasi batuan beku dengan menggunakan sistem komposisi mineral menurut
penemunya, yaitu Cross, Iddings, Pirsson, dan Washington

2.44
kolom susut – drawdown
jarak penurunan muka air tanah yang disebabkan oleh pemompaan, diukur pada periode waktu tertentu sampai muka air tanah menjadi konstan

2.45
koluvial – colluvial
endapan batuan di kaki bukit berukuran bongkah sebagai hasil jatuhan atau longsoran batuan dan merupakan endapan yang belum terkonsolidasi

2.46
konvolusi – convolution
perubahan bentuk gelombang seismik setelah suatu isyarat melewati penapis linear

2.47
koreksi apungan – drift correction
koreksi terhadap hasil pembacaan gravimeter berdasarkan pengukuran ulang terhadap titik acuan dalam suatu periode tertentu

2.48
koreksi tofografis – topographic correction
koreksi terhadap hasil pembacaan gravimeter berdasarkan perbedaan medan (bukit dan atau lembah) di suatu titik pengamatan

2.49
koreksi pasang surut – earth tide correction
koreksi terhadap hasil pembacaan gravimeter berdasarkan kondisi pasang surut akibat gaya tarik bulan dan matahari; nilai koreksi didapat dengan cara pengukuran di lapangan atau dengan cara perhitungan teoritis

2.50
koreksi udara bebas – free air correction
koreksi terhadap hasil pembacaan gravimeter berdasarkan perbedaan ketinggian titik
pengamatan

2.51
koreksi bouguer – bouguer correction
koreksi yang memperhitungkan gaya tarik massa antara titik pengamatan dan bidang datar, umumnya berupa ketinggian datum atau permukaan laut

2.52
kotak inti – core box
kotak untuk menyimpan inti bor, biasanya terbuat dari kayu, aluminium, serat

2.53
kriging – kriging
metode statistik untuk menghitung kadar dan cadangan bijih dari data pemercontohan yang dilakukan dengan sistem komputerisasi

2.54
kubah – dome
struktur batuan yang menyerupai mangkok terbalik, misal kubah garam

2.55
kue lumpur – filter cake, mud cake
lempung dibentuk bulat–bulat yang dimasukkan ke dalam lubang bor untuk mengurangi atau mengatasi hilangnya sirkulasi air pengeboran akibat rekahan–rekahan pada batuan di dalam lubang bor

2.56
kurva penyesuaian – matching curve
kurva baku yang dipakai dalam penafsiran pendahuluan untuk mengetahui jumlah lapisan, tahanan jenis, dan kedalaman lapisan

2.57
langkah kompas – compass passing
metode pemetaan geologi melalui lintasan sungai atau jalan rintisan, antara lain
menggunakan kompas geologi, meteran dan palu geologi

2.58
lantai menara bor – derric floor
lantai kerja untuk melakukan kegiatan pengeboran yang menggunakan menara bor

2.59
lapisan antara – interburden
lapisan batuan yang berada di antara dua lapisan batubara atau bahan galian lainnya

2.60
lapisan kecepatan rendah – low velocity layer
lapisan yang mempunyai kecepatan gelombang yang rendah pada eksplorasi seismic biasanya lapisan batuan yang telah mengalami pelapukan

2.61
lapisan pemisah – parting
lapisan pengotor tipis (3 mm) yang menyisip dalam lapisan batubara

2.62
larutan hidrotermal – hydrothermal solution
cairan sisa magma yang mengandung air dan larutan bahan mineral berasal dari dalam bumi yang mengendap dalam bentuk urat bijih di sepanjang retakan dalam perjalanannya ke permukaan bumi

2.63
laterisasi – laterization
pelapukan pada kondisi tropis yang menyebabkan pengayaan mineral tertentu, misalnya oksidasi besi, alumina, dan nikel

2.64
lengas bawaan – inherrent moisture
air yang terkandung dalam batubara sejak terbentuknya dan tidak dapat dipisahkan pada suhu dan tekanan kamar hanya dapat dikeluarkan dengan pemanasan 110oC

2.65
lengas bebas – free moisture
air yang terkandung dalam bahan galian yang dapat menguap pada suhu dan tekanan kamar selama 24 jam; lengas bebas

2.66
lereng selaras – dip slope
permukaan topografi yang mempunyai kemiringan yang kurang lebih sama dengan
perlapisan batuan di bawahnya

2.67
lingkungan pengendapan – depositional environment
kondisi lingkungan saat batuan atau sumber daya mineral terendapkan
2.68
litologi – lithology
pemerian batuan berdasarkan sifat fisik antara lain warna, komposisi mineral, ukuran butir megaskofis atau mikroskofis

2.69
litotipe – lithotype
komponen batubara berlapis berupa jalur–jalur atau pita–pita yang dapat dikenali secara megaskofis terdiri atas vitrain, klarain, durain, dan fusain

2.70
log bias – deviation log
simpangan log dalam pengukuran dengan metode geofisika

2.71
log densitas – density log
ukuran yang menunjukkan ukuran densitas elektron dalam suatu susunan batuan dengan menggunakan radiasi sinar gamma

2.72
log kaliper – caliper log
ukuran yang menunjukkan variasi dalam diameter lubang bor berdasarkan kedalamannya

2.73
log netron – neutron log
rekahan dari radioaktivitas sebagai pancaran netron pada sonde

2.74
lubang buta – blind hole
lubang bor yang tidak menghasilkan data lapisan bawah permukaan

2.75
lumpur bor – sludge,
lumpur bor yang berisi tatal pengeboran yang terangkat oleh larutan pengeboran

2.76
lumpur pengeboran – drilling mud
lumpur yang khusus dibuat dengan sifat fisik tertentu yang digunakan dalam pengeboran

2.77
magnetometer udara – airborne magnetometer
peranti untuk mengukur perubahan medan magnetik bumi yang dioperasikan dari pesawat udara

2.78
malihan – methamorphism
pengubahan batuan di kerak bumi oleh suhu dan tekanan tinggi serta fluida kimia aktif yang terjadi dalam keadaan padat dan tidak terjadi peleburan atau pelarutan batuan

2.79
mandala metalogenetik – metallogenetic province
wilayah terjadinya pengendapan batuan yang mempunyai ciri–ciri mineralisasi logam yang sama

2.80
marker – marker
lapisan pada batuan sebagai penunjuk umur, letak posisi batuan

2.81
maseral – maceral
bahan organik pembentuk batubara yang dikelompokkan atas vitrinit, eksinit/liptinit, dan inertinit

2.82
mata bor – bit
bagian ujung dari rangkaian bor yang berfungsi untuk menembus batuan

2.83
mesozoikum – mesozoic
periode waktu geologi dari awal trias hingga akhir kapur ((65 sampai 225 juta tahun yang lalu)

2.84
metalogenetik – metallogenetic
istilah yang mengandung pengertian pokok mineralisasi secara regional

2.85
metamorfisme sentuh – contact metamorphism
pengubahan yang terjadi pada batuan yang dekat atau pada daerah persentuhan antara magma dengan batuan atau endapan mineral

2.86
metasedimen – metasediment
batuan sediment yang sebagian telah mengalami proses malihan

2.87
metasomatisme – metasomatism
proses pengubahan batuan didalam kerak bumi oleh intrusi yang menyebabkan penambahan dan/atau pengurangan unsure–unsur tertentu sehingga struktur dan komposisi kimia batuan berubah

2.88
metasomatisme sentuh – contact metasomatism
proses pengubahan batuan oleh intrusi magma yang menyebabkan penambahan dan/atau pengurangan unsure–unsur tertentu

2.89
metavolkanik – metavolcanic
batuan volkanik yang sebagian telah mengalami proses malihan

2.90
metode afmag – afmag method
pengukuran medan elektromagnetik alam dalam selang frekuensi audio magnetis untuk mempelajari perbedaan tahanan jenis batuan di dalam bumi

2.91
metode biogeokimia – biogeochemical method
metode eksplorasi geokimia dengan cara menganalisis jaringan tumbuh–tumbuhan yang terdapat pada contoh guna mendeteksi konsentrasi unsur–unsur yang dapat mencerminkan terjadinya mineralisasi di suatu daerah

2.92
metode citraan radio – radio imaging method
teknik eksplorasi geofisika cara elektromagnetik yang menggunakan gelombang radio frekuensi menengah ( 50–520 khz ) untuk mengevaluasi geologi di bawah permukaan

2.93
metode korelasi – correlation method
metode perhitungan cadangan mineral ikutan dan unsur kelumit yang didasarkan pada korelasi antara unsur utama dengan unsur kelumit dalam bijih

2.94
metode magnetotelurik – magnetotelluric method
teknik prospeksi tahanan listrik untuk menentukan kedalaman formasi batuan sedimen yang berada jauh di dalam bumi dengan cara mengukur tahanan jenis formasi batuan tersebut berdasarkan pengukuran serempak medan listrik dan medan magnet yang berosilasi pada lokasi yang sama, yaitu dengan mencatat rentang frekuensi yang bergantung pada kedalaman sasaran

2.95
mikrokristalin – microcrystalline
kristal–kristal sangat halus yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop

2.96
mikroskopi bijih – ore microscopy
merupakan teknik dasar dari mineralogi, geologi ekonomi, dan pengolahan mineral dalam pengujian mineral bijih dengan mikroskop sinar pantul,

2.97
mineral – mineral
benda padat anorganik dan homogen yang terbentuk secara alamiah, mempunyai sifat–sifat fisik dan kimia tertentu, dapat berunsur tunggal atau berbentuk persenyawaan

2.98
mineralida – mineraloid
bahan padat seperi mineral yang terdapat dalam batuan, tidak tergolong sebagai mineral karena tidak mempunyai komposisi kimia dan sifat fisik tertentu

2.99
mineralisasi – mineralization
proses pembentukan mineral bijih

2.100
mineragrafi – mineragraphy
pengujian mineral bijih dengan mikroskop sinar pantul, merupakan teknik dasar dari
mineralogi, geologi ekonomi, dan pengolahan mineral

2.101
mineral ikutan – accessory, gangue mineral
mineral asesoris atau mineral tambahan yang terbentuk bersama–sama dengan mineral utama

2.102
mineral metamik – metamic mineral
mineral yang struktur kristal aslinya telah rusak akibat radiasi unsur–unsur radio aktif
yang dikandungnya

2.103
mineral normatif – normative mineral
mineral yang diperoleh dari norma untuk klasifikasi batuan beku

2.104
mineral otigen – authigenic mineral
mineral yang terbentuk di tempat dan belum alih tempat secara alami; inauthigene

2.105
mineral paramagnetis – paramagnetic mineral
mineral yang sedikit bersifat magnetik

2.106
mineral ringan – light mineral
mineral penyusun batuan yang mempunyai berat jenis lebih kecil dari 2.8; misalnya. kuarsa, kalsit, felspar, dan mika

2.107
mineral rombakan – detrital mineral
mineral yang terlepas dari batuan induknya dan tahan terhadap proses pelapukan
kimia/mekanis

2.108
mineral sekunder – secondary mineral
mineral yang keberadaannya dalam batuan atau bijih akibat proses ubahan hidrotermal, metamorfosis, dan pengayaan supergen

2.109
mineral urat – vein meniral
mineral–mineral yang mengisi rekahan membentuk urat

2.110
miosen – miocene
periode waktu geologi dari 26 juta hingga 7 juta tahun yang lalu

2.111
momen dipole – dipole moment
perkalian hasil kali muatan listrik dengan jarak antar muatan

2.112
mondok – stout
kristal berbentuk pendek, gemuk, biasanya tampak pada kristal–kristal yang sumbu c–nya lebih pendek daripada sumbu–sumbu lainya, misalnya augit, willemik, bakerit, dan dismutotantalit

2.113
monoklin – monocline
1.lapisan batuan yang miring kesatu arah; misalnya kemiringan lapisan batuan pada salah satu sayap antiklin atau sinklin; 2. sistem kristal yang memiliki satu bidang simetri

2.114
muka air tanah – ground water table, phreatic surface
bidang yang membentuk permukaan air tanah bebas atau permukaan air dekat dengan bagian atas zona jenuh aquifer yang tak tertekan

2.115
mulajadi, genesis – genesis
proses pembentukan bahan galian yang dikaitkan dengan pembentukan batuan, baik yang berhubungan dengan kegiatan magma maupun yang berhubungan dengan proses lanjutan seperti pelapukan, transportasi, dan pengendapan

2.116
mula jadi mineral – mineral genesis
proses terbentuknya suatu mineral baik yang berhubungan dengan kegiatan magma
(genesis primer) maupun yang berhubungan dengan proses berikutnya yang umumnya terjadi di permukaan (genesis sekunder), seperti pelapukan, transportasi, dan pengendapan

2.117
nirhablur – amorph
sifat mineral yang tidak mempunyai bentuk geometri tertentu, tidak menghablur

2.118
nirsambung – discontinuity
bidang ketidaksinambungan yang memisahkan lapisan–lapisan bumi yang berbeda secara mencolok sifat–sifat fisiknya seperti kecepatan gelombang primer dan sekunder, kerapatan, dan elastisitas

2.119
nugget– nugget
gumpalan emas aluvial atau logam alami lainnya (perak, platina) yang terbentuk sebagian oleh benturan selama pengangkutan oleh air sungai

2.120
nisbah pengupasan – stripping ratio (sr)
perbandingan antara jumlah volume lapisan penutup yang perlu disingkirkan (m3) dengan bahan galian yang ditambang (ton)

2.121
obsidian – obsidian; volcanic glass
batuan beku luar yang terjadi dari pembekuan magma yang sangat cepat sehingga tidak sempat menghablur

2.122
oligosen – oligocene
periode waktu geologi dari 38 juta hingga 26 juta tahun yang lalu

2.123
orogenesis – orogenesis
proses pembentukan pegunungan yang disebabkan oleh kegiatan tektonik

2.124
otomorfik – otomorfic
bentuk kristal yang berkembang kebentuk sempurna atau mendekati sempurna; dibatasi oleh semua bidang kristalnya sendiri

2.125
paleosen – palaeocene
periode waktu geologi dari 65 juta hingga 54 juta tahun yang lalu

2.126
pembatubaraan – coalification
proses pengubahan lapisan pembentuk batu bara menjadi bermacam–macam jenis atau kelas batu bara sebagai akibat proses biogeokimia, pengaruh panas dan atau tekanan yang dialaminya

2.127
paparan benua – continental shelf
bagian dan pinggiran di sekeliling benua yang landai melebar dari garis pantai sampai ke undak benua

2.128
paragenesis – paragenesis
1.urutan waktu pengendapan atau kristalisasi mineral yang terdapat dalam bijih (Amerika, Indonesia); 2. kumpulan mineral yang terdapat dalam suatu bijih (Eropa)

2.129
parit uji – trench
parit yang dibuat untuk mendapatkan contoh dalam jumlah besar

2.130
pasir ambang, pasil layang running sand, quick sand
pasir yang jenuh air, sehingga mudah bergerak atau berpindah

2.131
patahan miring – oblique fault
jenis sesar yang jurusnya tidak sejajar terhadap jurus lapisan batuan

2.132
patahan normal – normal fault
jenis sesar yang dinding atasnya (hangingwall) bergerak ke arah bawah terhadap dinding bawah (footwall)

2.133
pecahan – fracture
sifat fisik mineral yang mempunyai kecenderungan untuk pecah tidak beraturan setelah melampaui batas elastis dan plastis

2.134
pecahan lokal – conchoidal fracture
pecahan mineral atau batuan yang memperlihatkan bidang pecahan lengkung konsentris seperti pecahan gelas/kaca

2.135
pelapukan – weathering
proses perubahan secara kimia dan/atau fisika batuan di dekat permukaan
2.136
peledakan bias – refraction shooting
peledakan di dalam lubang atau sumur dangkal untuk menimbulkan getaran guna
penyelidikan geofisika cara seismik bias

2.137
peledakan di udara – air shooting
cara menimbulkan energi seismik di permukaan bumi dengan meledakan bahan peledak di udara

2.138
pemasok air – water swivel
alat di bagian atas rig pengeboran untuk mengatur pemasokan air ke dalam stang bor

2.139
pembabatan – clearing
kegiatan pembersihan lahan dari tanaman–tanaman pada suatu daerah penambangan sebelum dilakukan pengupasan lapisan tanah penutup

2.140
pemberat batang bor – drill collar
batang bor dengan garis tengah lebih besar dari pada batang bor, terletak diantara batang bor dan mata bor, berfungsi sebagai pemberat

2.141
pemercepat – accelerometer
alat ukur percepatan gelombang seismik berupa geofon

2.142
pemetaan geodesi – geodetic surveying
pemetaan permukan bumi secara teliti dengan memperhitungkan lekukan–lekukan bumi

2.143
pemetaan geokimia – geochemical mapping
1.penyelidikan sistematis distribusi pola sebaran unsur kimia dalam media contoh tertentu dari daerah yang telah ditetapkan; 2. pengambilan sistematis dan pemprosesan dari sejumlah besar contoh disertai presentasi dan penafsiran secara tepat dari data analisis yang dihasilkan

2.144
penampangan listrik – electric logging
cara penampangan berdasarkan pengukuran sifat listrik dari batuan secara sinambung dalam arah tegak sepanjang kedalaman lubang bor

2.145
penampangan litologi – lithological logging
cara penampangan lubang bor dengan menggambaran lapisan batuan sepanjang lubang bor

2.146
penampangan radioaktif – radioaktiv logging
penampangan dengan cara menggunakan radioaktif sepanjang lubang bor

2.147
penampangan sumuran akustik – acoustic well logging
cara pemerian penampang lubang bor di darat dengan menggunakan sumber dan penerima bunyi berenergi tinggi didalam lubang bor

2.148
penanggalan radiometri, penarikan radiometri – radiometric dating
penentuan atau penghitungan umur batuan dengan cara mengukur jumlah radioaktif dalam unsur lain di dalam batuan

2.149
penangkap inti – core barel
bagian dari tabung inti yang berfungsi untuk memungkinkan percontoh masuk ke tabung inti

2.150
penarikan radiometri – radiometric dating
penentuan atau penghitungan umur batuan dengan cara mengukur jumlah radioaktif dalam unsur lain di dalam batuan

2.151
pencacah Geiger Muller – Geiger Muller counter
alat untuk mendeteksi dan mengukir intensitas radioaktif; alat ini diciptakan oleh Geiger dan Muller

2.152
pencatat getar – vibrograph
instrumen perekam getaran atau vibrasi tanah yang disebabkan oleh peledakan di tambang

2.153
pendugaan – sounding
penyelidikan bawah permukaan dengan mengamati tahanan penetrasi material bawah permukaan tanpa lubang bor, dilakukan dengan cara menusukkan sebuah alat berupa batang ke dalam tanah atau dengan penetrometer

2.154
pengangkat pecahan case lifter
alat yang dipasang pada tabung inti atau pada mata bor yang lepas

2.155
penghausan, pengausan – attrition
pembuatan pola pemercontohan berbentuk kisi pada suatu peta dasar yang diperlukan untuk
menentukan lokasi pemercontohan

2.156
pengelompokkan segitiga – triangle grouping
cara penghitungan cadangan yang didasarkan atas pengelompokan data lubang bor atas pola segitiga

2.157
pengersikan – silicification
proses/pengayaan silika ke dalam bantuan bukan silika dengan pengisian pori atau
penggantian unsur/senyawa, contohnya penggantian kalsit dalam batu gamping oleh silika hasil pelapukan batuan beku atau dari larutan air tanah dekat permukaan

2.158
penginderaan jauh – remote sensing
penyigian jarak jauh untuk mendapatkan data kebumian pada daerah yang relatif luas, hasilnya berupa data dari foto udara/ foto satelit permukaan bumi

2.159
pengindera gantung – bird
alat berupa sensor yang dipasang pada pesawat udara untuk pengukuran geofisik, misalnya magnetometer

2.160
pengolahan citra – image processing
pengolahan data digital hasil perekaman satelit bumi, untuk berbagai aplikasi

2.161
penunjaman – subduction
penyusupan salah satu lempeng benua ke bawah lempeng benua lainnya di dalam lapisan litosfer

2.162
penyaliran epigenetic – epigenetic drainage
penirisan dengan aliran air yang arahnya di tentukan oleh kondisi permukaan tanah yang lebih tinggi dan lebih tua yang tererosikan

2.163
penyigian tinjau – reconnaissance survey
penyelidikan lapangan pendahuluan atau bersifat kasar sebelum pemetaan rinci dengan ketelitian yang lebih tinggi

2.164
penyigian udara, survey udara – aero survey
penyelidikan terhadap suatu objek di permukaan bumi yang di lakukan dari udara

2.165
perm – permian
periode waktu geologi dari 280 juta hingga 225 juta tahun yang lalu

2.166
perennial yield –perennial yield
laju eksploitasi air tanah pada kondisi operasi yang tidak menimbulkan dampak lingkungan negatif

2.167
perlipatan – folding
keadaan suatu lapisan batuan yang melengkung ke atas (antiklin) atau melengkung ke bawah (sinklin) akibat adanya gaya tekan hasil kegiatan tektonik

2.168
perlipatan geser – shear folding
perlipatan yang dibentuk oleh sedikit pergeseran pada bagian lapisan sepanjang retakan yang berjarak rapat dari bidang belah (cleavage)

2.169
permeabilitas magnetik – magnetic permeability
perbandingan antara induksi magnetik dan inrensitas magnetik yang menimbulkannya dengan satuannya oersted/gauss

2.170
permukaan freatik – phreatic surface
permukaan air tanah bebas yang bertekanan 1 atmosfer

2.171
perolehan inti – core recovery
perbandingan sepanjang inti bor terambil dengan panjang tabung inti yang dinyatakan dalam persen

2.172
perolehan terjamin – safe yield
kuantitas air yang dapat dieksploitasi yang terbatas pada imbuh tahunan rata–rata dari cekungan air tanah

2.173
peta – map
penyajian data permukaan seluruh atau sebagian permukaan bumi yang menunjukan kedudukan geografis yang sesuai dengan kedar (skala) tertentu

2.174
peta dasar – base map
peta yang memuat gambaran suatu daerah secara umumnya, dilengkapi dengan garis–garis kontur ketinggian; merupakan dasar pembuatan peta lain sesuai dengan kebutuhan

2.175
peta eksplorasi – eksploration map
peta hasil penyelidikan geologi yang dilakukan untuk mengindentifikasi, menentukan lokasi, ukuran, bentuk, letak, sebaran, kuantitas dan kualitas suatu endapan bahan galian

2.176
peta lintasan – route map
peta yang menggambarkan penyebaran batuan dan struktur geologi disuatu lintasan
pemetaan

2.177
petrografi – petrography
pemerian bersistem dari batuan dalam sayatan tipis

2.178
petrologi – petrology
ilmu yang mempelajari batuan secara bersistem, terutama mengenai mineralogi, tekstur dan struktur, mulajadi, ubahan, hubungan terhadap batuan lain dan cara penggolongannya, misalnya: petrologi bijih dan petrologi batu bara

2.179
petunjuk ke arah bijih – guide to ore
petunjuk adanya suatu bijih dengan memperhatikan keadaan fisiografi, struktur geologi, litologi, vegetasi

2.180
pirit beremas – auriferous pyrite
besi sulfida dalam bentuk pirit yang mengandung emas

2.181
piroelektrisitas – pyroelectricity
muatan listrik yang ditimbulkan oleh perubahan suhu pada bidang kristal yang tidak
mempunyai pusat simetri, misalnya turmalin

2.182
pirometasomatisme – pyrometasomatism
proses/pengubahan batuan oleh suhu dan tekanan yang sangat tinggi akibat intruksi magma

2.183
pisoelektrisitas – piezoelectricity
muatan listrik yang ditimbulkan oleh perubahan tekanan pada bidang kristal yang tidak mempunyai pusat simetri, misalnya kuarsa

2.184
pliosen – pliocene
periode waktu geologi dari 7 juta hingga 2 juta tahun yang lalu

2.185
plistosen – pleistocene
periode waktu geologi dari 2 juta hingga 10 ribu tahun yang lalu

2.186
plutonik – abyssal; plutonic
hal–hal yang berkaitan dengan batuan yang berbentuk pada tempat yang sangat dalam , pada umumnya lebih dari 200 m

2.187
pneumatolisis – pneumatolysis
proses yang berhubungan dengan tahap lanjut dalam pendinginan massa batuan beku yang dapat mengakibatkan perubahan batuan semula dan material basa

2.188
pola aliran anular – annural drainage pattern
pola aliran sungai yang berbentuk cincin akibat adanya struktur kubah atau cekungan

2.189
pola aliran memusat – centripetal drainage pattern
pola aliran yang menuju suatu cekungan, misalnya pola aliran sungai yang menuju cekungan

2.190
pola persegi panjang – rectangle pattern
pola pemboran eksplorasi yang sesuai dengan endapan–endapan mineral yang
penyebarannya homogen ke satu arah saja dan topografinya mendatar sampai dengan agak bergelombang rendah

2.191
pola segitiga – triangle pattern
pola pemboran yang sesuai dengan endapan–endapan bijih atau mineral yang
penyebarannya tidak teratur dengan topografi berikut

2.192
polarisasi imbas – induced polarization
cara prospeksi geofisika yang memanfaatkan sifat daya hantar listrik suatu batuan sehingga terjadi polarisasi muatan

2.193
polimorfi – polymorph
dua mineral atau lebih yang komposisi kimianya sama, tetapi berbeda bentuk kristalnya, misalnya kalsium karbonat terdapat sebagai kalsit dalam bentuk heksagonal dan aragonite dalam bentuk ortorombit

2.194
potongan tegak – cross section
gambaran dua dimensi dan irisan suatu benda yang tegak lurus pada sumbu pandang

2.195
prekambium – Precambrian
periode waktu geologi dari 4500 juta hingga 600 juta tahun yang lalu

2.196
prob – probe
kelengkapan alat eksplorasi geofisika yang di isi antara lain dengan sumber benergi, listrik, radioaktif

2.197
proses hidrotermal – hydrothermal process
proses akhir diferensiasi magma dari larutan sisa magma belum membeku, terutama yang masih pijar cair dalam perjalanan ke tempat pengendapan

2.198
gabung dengan eksporasi pendahuluan prospeksi – prospecting
tahap eksplorasi untuk membatasi daerah sebaran endapan bahan galian yang akan
menjadi sasaran eksplorasi selanjutnya; kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, diantaranya, pemetaan geologi dengan skala minimal 1:50.000, pengukuran penampang stratigrafi, pembuatan paritan, pembuatan sumuran, pengeboran uji, pemercontohan, dan analisis

2.199
prospeksi arus bumi – telluric current prospecting
arus listrik alami yang mengalir pada atau dekat permukaan bumi dan menimbulkan
perbedaan tegangan dalam lapisan batuan yang tebal dan luas; telluric berasal dari kata latintellus yang berarti bumi

2.200
prospeksi geobotanis geobotanical prospecting
pencarian cebakan mineral berdasarkan tumbuh–tumbuhan tertentu yang dapat hidup subur karena melimpah atau kurangnya unsur kimia tertentu yang berasal dan cebakan yang terpendam

2.201
propeksi geofisis – geophysical prospecting
pencarian cebakan mineral (air, batu bara, minyak bumi) dengan cara mengukur sifat fisik kerak bumi (objek) yang jangkauan kedalaman dan luasnya relatif dangkal dan kecil

2.202
prospeksi imbas – inductive prospecting
pencarian cebakan mineral terutama endapan sulfida logam dasar dengan mengukur medan magnet yang timbul dari adanya arus listrik buatan yang diimbaskan ke dalam bumi untuk mencari nomali medan magnet

2.203
propeksi magnetik – magnetic prospecting
penyigian geofisika untuk menemukan anomali magnetik

2.204
prospeksi magnetic udara – aeromagnetic procpecting; airborn prospecting
kegiatan prospeksi cara magnetik yang dilakukan dari udara

2.205
prospeksi panas bumi – geothermal prospecting
1. penyigian untuk mencari sumber panas bumi misalnya dengan metode geometri;
2. pengukuran gradien termal di dalm bumi untuk mendeteksi adanya endapan mineral yang mempunyai anomali geotermal

2.206
prospeksi radio aktif – radioactive prospecting
pencarian cebakan mineral dengan menggunakan prinsip–prinsip penyigian radio aktivitas

2.207
prospeksi radioaktif udara – airborne radioactive prospectimg
kegiatan prospeksi cara radioaktif dari udara

2.208
prospeksi radioaktifitas – radioactivity prospecting
kegiatan prospeksi dengan menggunakan pengukur radiasi radioaktif alami untuk
menemukan anomali radioaktif

2.209
provinsi geokimia – geochemical province
daerah yang luas dari kerak bumi dengan kandungan unsur kimia tertentu yang lebih besar dari nilai rata–rata dan diidentifikasi oleh perbandingan komposisi batuan bekunya

2.210
proyeksi azimut – azimuth projection
salah satu sistem proyeksi peta dengan cara memproyeksikan semua titik di bumi terhadap
bidang datar

2.211
rekahan lempung – mud crack
struktur yang terjadi pada batuan lempung yang mengerut akibat adanya penguapan air

2.212
ruang bit – bit blank, bit shank, blank, shank, drill blank
tempat pemasangan mata bor baja ataupun mata bor intan atau pemotong lain

2.213
sabuk metalogenik – metallogenetic belt
pola jalur penyebaran mineral logam tertentu dipermukaan bumi

2.214
sangga datar – leveling jacks
penyangga mesin bor yang berfungsi agar posisi mesin bor tetap datar

2.215
saringan lubang bor – well screen
bagian pipa selubung yang dilubangi untuk meloloskan air

2.216
sayatan tipis – thin section
preparat untuk pengujian petrografi, dibuat dengan cara mengasah irisan batuan sampai mendapat ketebalan baku 30 mikron (0,03 mm) sehingga sifat optik mineral pembentuk batuan yang tembus pandang dapat diamati

2.217
segregasi magma – magma segregation
proses pemisahan magma karena gaya berat atau gaya gravitasi, sehinga mineral berat akan mengkristal di bagian bawah dan mineral ringan mengkristal dibagian atas

2.218
seismik – seismic
metode eksplorasi geofisika yang menggunakan prinsip perbedaan laju gelombang getaran untuk mengetahui jenis, kedalaman, ketebalan, bentuk, dan struktur lapisan dibawah permukaan bumi

2.219
seismometer – seismometer
alat ukur seismik

2.220
selang kontur – contour interval
nilai yang menunjukan perbedaan antara dua atau lebih garis kontur yang berdekatan

2.221
selubung – mantle
bagian dalam bumi yang terletak antara kerak bumi dan inti (kedalaman 35 km – 2900 km)

2.222
sembir kapiler – capilary fringe
zona di atas zona jenuh terdapat air tanah ditarik ke atas oleh tegangan permukaan air dalam saluran kapiler yang melawan gaya tarik bumi

2.223
sembul – horst
blok batuan yang terangkat diantara dua sesar normal

2.224
serisitisasi – seriticization
pembentukan serisit dalam batuan sebagai akibat proses ubahan hidrotermal atau malihan/ metamorfosis

2.225
serpih batu bara – coaly shale
batuan serpih berwarna hitam yang mengandung batubara

2.226
serpihan bor, tatal – cutting
material yang dihasilkan pada kegiatan pengeboran terbawa keluar oleh lumpur bor

2.227
sesar – fault
pergeseran satu atau lebih lapisan batuan disebabkan gaya tekan sangat besar

2.228
sesar geser miring – oblique slip fault
jenis sesar yang merupakan gabungan dari sesar normal dan sesar geser

2.229
sesar miring, patahan miring – oblique fault
jenis sesar yang jurusnya tidak sejajar terhadap jurus lapisan batuan

2.230
sesar normal – normal fault
jenis sesar yang dinding atasnya (hangingwall) bergerak kearah bawah terhadap dinding bawah (footwall)

2.231
siderofil – siderophile
istilah dalam geokimia untuk unsur yang berafinitas lemah dengan oksigen belerang yang dicirikan mudah larut dalam besi cair; oleh sebab itu unsur tersebut terkonsentrasi dalam meteorit besi dan kemungkinan juga di dalam inti bumi

2.232
silisifikasi – silicification
proses/pengayaan silika ke dalam batuan bukan silikaan dengan (cara) pengisian pori atau penggantian unsur/senyawa, misalnya. penggantian kalsit dalam batu gamping oleh silika hasil pelapukan batuan beku atau dari larutan air tanah dekat permukaan

2.233
silur – silurian
periode waktu geologi dari 435 juta hingga 395 juta tahun yang lalu

2.234
sin genetik – syngenetic
pembentukan cebakan bijih yang terjadi bersamaan dengan pembekuan batuan beku

2.235
singkapan – outcrops
bagian dari satuan batuan atau bahan galian berharga yang tersingkap di permukaan bumi

2.236
sinklin – syncline
lapisan batuan yang terlipat beupa lengkungan terbuka keatas yang terjadi akibat adanya gaya tekan lateral

2.237
sistem informasi geografi – geographical information system
sistem yang dapat menyajikan berbagai data, baik citra (data spatial, foto satelit) maupun bukan citra (numeri, kondifikasi) melalui berbagai pengolahan secara komputerisasi sehingga mampu menghasilkan informasi tentang keadaan wilayah di bumi, seperti potensi sumber daya mineral, cuaca, lingkungan, kependudukan, dan fauna

2.238
skala kekerasan mohs – mohs’ scale of hardness
skala kekerasan relatif yang dibuat secara empiris mengacu pada 10 mineral di mulai dari terlunak sampai yamg terkeras dengan urutan sebagai berukut : 1. talk 2. gypsum 3. kalsit 4. flourit 5. apatit 6. ortoklas 7. kuarsa 8. topaz 9. korundum 10. intan, mineral yang bernomor lebih kecil dapat di gores oleh yang bernomor lebih besar; skala ini di formulasikan oleh mohs pada tahun 1820

2.239
skala waktu geologi – geologic time scale
skala waktu yang di gunakan dalam bidang geologi; terdiri atas beberapa masa yang terbagi menjadi beberapa zaman dan selanjutnya terbagi lagi menjadi beberapa kala; misalnya kenozoikum (masa), tersier (zaman), dan miosen (kala)

2.240
sondir – sonde
istilah umum untuk sembarang alat penampang bawah permukaan yang memuat elektroda atau detektor yang dimasukan ke dalam lubang bor, misalnya sondir induksi

2.241
stasiun dasar, stasiun rujukan, titik rujukan – base station
lokasi titik rujukan yang digunakan untuk mendirikan lokasi tambahan yang mengacu
kelokasi pertama

2.242
statistika variabel ganda – bivariate statistics
studi statistika terhadap dua variabel secara serentak

2.243
stratigrafi – stratigraphy
cabang ilmu yang mempelajari rangkaian, susunan, distribusi, kronologi, klasifikasi, korelasi, dan hubungan antar lapisan batuan terutama batuan sedimen

2.244
struktur structure
keseluruhan penampakan pada batuan atau bijih, baik pada percontoh setangan (aliran, amigdaloidal, lapisan, kekaran, belahan dll) ataupun pada singkapan (seperti lipatan, sesaran, ketidakselarasan dll).

2.245
struktur geologi – geological structure
struktur yang terjadi pada formasi batuan akibat proses geologi antara lain berupa lipatan, sesar, dan kekar

2.246
sudut tajam – plunge
kemiringan sumbu lipatan dari garis datar; nilai dari plunge merupakan sudut antara sumbu dan garis datar yang terletak dalam bidang tegak yang sama

2.247
sumbu antiklin – anticlinal axis
garis yang menghubungkan titik–titik pertemuan kemiringan lapisan batuan yang arahnya saling berlawanan pada antiklin; garis yang membelah dua struktur antiklin

2.248
sumber daya – resources
segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia, yaitu sumber daya manusia, sumber daya alam hayati, sumber daya alam non hayati, dan sumber daya buatan

2.249
sumur artesis – artesian well
sumur yang dibuat untuk mengambil air dari lapisan air tanah tertekan; airnya dapat keluar sendiri atau harus di pompa

2.250
sumur uji – test pit
sumur yang di buat untuk mendapatkan percontoh; umumnya berukuran 1 x 2 m dengan kedalaman bergantung pada letak endapan bahan galian dan kemantapan formasi batuan dinding

2.251
survei udara – aero survey
penyelidikan tehadap suatu objek di permukaan bumi yang dilakukan dari udara dengan menggunakan peralatan survei

2.252
studi kelayakan tambang – mine feasibility study
pengkajian mengenai aspek teknik dan prospek ekonomis dari suatu proyek penambangan dan merupakan dasar untuk keputusan investasi; kajian ini merupakan dokumen yang memenuhi syarat dan dapat diterima untuk keperluan analisis bank dalam kaitannya dengan pelaksanaan investasi atau pembiayaan proyek. studi ini meliputi pemeriksaan seluruh informasi geologi berdasarkan laporan eksplorasi dan faktor–faktor ekonomi, penambangan, pengolahan, pemasaran hukum/perundang–undangan, lingkungan, sosial serta faktor lain yang terkait

2.253
susunan – array
1.sekelompok geofon yang dihubungkan dengan saluran pencatat tunggal atau sejumlah titik tembak untuk diledakan secara bersamaan;
2. susunan atau pola pemasangan suatu kelompok geofon tertentu atau titik–titik tembak tertentu

2.254
tahan akustik, impedansi akustik – acoustical impedance
besaran hasil perkalian antara kecepatan gelombang seismik dan rapat massa batuan

2.255
tahanan semu – apparent restivity
nilai tahanan dari tanah homogen dan isotrop sebagai hasil perhitungan antara arus yang di alirkan dan tegangan listrik yang timbul

2.256
tanpurnakristal – anhedral
bentuk kristal yang batas–batasnya tak menentu bergantung pada mineral sekelilingnya dan tidak menunjukan bidang muka kristalnya sendiri

2.257
tatal – chip; cutting
potongan atau serpihan material dari batuan yang keras, berukuran kecil dengan bentuk tidak teratur yang diambil dari batuan asli

2.258
tekstur – texture
corak kecil mineral pembentuk batuan atau bijih yang mengacu pada ukuran, bentuk, derajat kristalisasi/kehabluran, susunan mineral, belahan mineral, dan pecahan kecil mineral

2.259
tektonik – tectonic
istilah yang digunakan dalam hubungannya dengan gejala deformasi kerak bumi

2.260
tektonik lempeng – plate tectonics
tektonik global didasarkan pada model bumi yang dicirikan oleh sejumlah kecil lempeng– lempeng setengah kaku yang mengapung pada lapisan mantel bumi yang kental; masing– masing lempeng bergerak bebas dan salah satu menujam sehingga menimbulkan deformasi, kegiatan gunung api dan kegiatan seismik yang terpusat di sepanjang pinggiran lempeng

2.261
penurunan – denudation
penurunan suatu permukaan akibat proses pelapukan, transportasi, dan erosi

2.262
telusur, penelusuran fragmen – float tracing
cara prospeksi endapan mineral dengan memetakan tempat diketemukannya atau
keterdapatannya apungan/serpihan yang telah terpindahkan secara alami, umumnya
ditelusuri dari hilir menuju kearah hulu sungai

2.263
teori tubir – albyssal theory
teori tentang asal usul bijih; terjadinya pemisahan bijih silikat dari tahap cair selama
pendinginan bumi

2.264
terban – graben
blok batuan yang turun diantara dua sesar normal

2.265
intrusi – intrusion
1.penerobosan magma kedalam suatu satuan batuan (geologi); 2. penerobosan air laut kedalam suatu satuan batuan/akuifer (hidrologi)

2.266
tersier – tertiary
1. periode waktu geologi dari awal paleosen (65 juta tahun yang lalu) hingga akhir pliosen (2 juta tahun yang lalu); 2. sub–bagian dari masa kenozoikum yang lebih tua; rentang waktu dari akhir zaman kapur sampai dengan awal zaman kuarter (20 juta tahun–2 juta tahun yang lalu)

2.267
titik tetap – bench mark
suatu titik tertentu dalam pengukuran tanah yang mempunyai kedudukan tetap yang
diketahui koordinat dan ketinggiannya untuk digunakan sebagai acuan

2.268
titik tunduk – yield point
suatu titik batuan berhenti berubah secara elastisitas akibat tekanan, apabila melebihi tekanan tersebut maka batuan akan pecah

2.269
triangulasi – triangulation
deretan jaringan segitiga yang digunakan dalam pemetaan

2.270
trias – triassic
periode waktu geologi dari 225 juta tahun hingga 195 juta tahun yang lalu

2.271
tudung besi, gosan – iron cap, gossan
tanda–tanda permukaan suatu lokasi yang mencerminkan kondisi mineralisasi dibawanya

2.272
tufa – tufa
endapan kalsium karbonat yang terbentuk dengan cara pengendapan (prespitasi) air,
termasuk stalagmit, stalakit, flowstone dan travertin

2.273
tumbuh berjalin – intergrowth
tekstur dari dua atau lebih spesies mineral dalam keadaan saling bertautan; umumnya sebagai akibat dari pengkristalan suatu lelehan secara serempak atau eksolusi dari sebuah mineral larutan padat menjadi dua mineral berbeda

 2.274
tumbuh bertumpu – interlock
tekstur dari dua mineral atau lebih yang saling betumpu, misalnya mineral ilmenit dengan mineral magnetit atau mineral hematit dalam pasir besi

2.275
tumpu – abutment
bidang atau massa yang menerima beban akibat bukaan tambang bawah tanah

2.276
ubahan – alteration
hasi proses perubahan komposisi mineral suatu batuan yang disebabkan oleh perubahan kimiawi dan fisika; pengaruh larutan hidrotermal, pela–pukan, dan metamorfosa

2.277
ubahan hidrotermal – hydrothermal alteration
ubahan diakibatkan oleh proses hidrotermal, misalnya. serpentinisasi, kloritisasi

2.278
urat berjanjang – ladder veins
urat–urat bijih pendek yang tersusun secara teratur akibat adanya pengisian celah dalam bentuk seperti tangga

2.279
urat patahan – fault vein
mineral berbentuk urat yang mengisi rekahan akibat patahan

2.280
urat pelana – saddle reef, saddle vein
tubuh bijih berbentuk seperti pelana, busur atau tabung, dimana yang satu berada diatas yang lainnya dan mengisi antar lapisan pada suatu antiklin, misalnya cebakan emas di Bendigo, Australia

2.281
vuga – vug
rongga dialam suatu tubuh bijih atau batuan yang biasanya dilapisi oleh kristal–kristal

2.282
waktu daur – cyle time
waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan tertentu dari awal sampai akhir dan siap untuk memulainya lagi

2.283
xenolit – xenolith
inklusi fragmen batuan di dalam batuan beku; inklusi terdiri dari jenis batuan yang berbeda maupun sama dengan massa batuan tetapi telah terbentuk/membeku lebih dahulu, diciraikan dengan komposisi yang sedikit berbeda

2.284
xenomorfis – xenomorphic
bentuk kristal yang batas–batasnya tak menentu bergantung pada mineral sekelilingnya, dan tidak menunjukan bidang muka kristalnya sendiri

28 dari 29
2.285
zaman – epoch
istilah dalam stratigrafi yang menerangkan satuan waktu geologi yang berkaitan dengan deret; sub bagian dari suatu periode, beberapa zaman membentuk suatu periode

2.286
zaman geologi – geological epoch
skala waktu geologi yang merupakan bagian masa geologi yang terdiri dari kuarter, tersier, kapur sampai kambrium

2.287
zona aerasi; zona berudara; zona nirjenuh – vadose zone, zone of aeration,
unasaturated zone
zona yang langsung berada dibawah permukaan tanah, sebagian rongga–rongganya terisi udara dan sebagian lagi terisi air yang terperangkap oleh tarikan kapiler; zona ini disebut juga sebagai zona nirjenuh, terbagi menjadi zona kelembaban tanah (atas), zona menengah, zona sembir kapilaritas (bawah)

2.288
zona batial – bathyal zone
bagian dasar laut antara kedalaman 200 m sampai dengan 2000 m

2.289
zona freatik – phreatic zone
kawasan bawah tanah yang semua pori atau ronganya terisi air; batas atas zona disebut muka air tanah sedangkan kandungan air di dalamnya disebut air tanah

2.290
zona tubir – abyssal zone
wilayah dasar laut dengan kedalaman lebih dari 2000 m

2.291
zoning – zoning
pola distribusi spasial yang teratur dari unsur–unsur utama atau kelumit spesies mineral, gabungan mineral, atau tekstur dalam cebakan bijih

2.292
zoning tekstural – textural zoning
zoning yang tampak jelas yang tunjukkan oleh perubahan tekstur bijih, misalnya isian urat dari bagian dalam yang berbutir kasar menjadi berbutir halus pada bagian luar

2.293
zoning tersamar, zoning tersembunyi – cryptic zoning
zoning akibat perubahan kimia yang tak kasat mata

Bibliografi

Luppens, J.A., et al. 1992. Manual on Drilling, Sampling, and Analysis of Coal, Compiled by ASTM SUBCOMMITTEES D05.18 and D05.23

Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara. 2002. Batubara Indonesia

Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, 2003. Kamus Pertambangan dan Istilah Terkait,

ISBN: 979 – 8641 – 00 –0, Bandung : Proyek Pengembangan Manajemen Sumber Daya : Bandung

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1997. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1997. Pedoman Pembentukan Istilah. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar